by : Alie Moesthafa Tanjuang (Zone_JPRMI )
Kenapa ibadah terasa berat?
Ketika Allah memerintahkan kita untuk makan dan minum, mengapa kita melakukan dengan senang hati?
Ketika Allah memerintahkan untuk menikah, mengapa kita bersegera menyambutnya?
Ketika Allah memerintahkan untuk mencari harta dunia, mengapa kita kerjakan dengan semangat ?
Karena kita menganggap bahwa itu adalah suatu kebutuhan.
Ketika Allah memerintahkan kita untuk shalat, mengapa kita menunda-nunda?
Ketika Allah memerintahkan kita untuk puasa, mengapa enggan rasanya?
Ketika Allah memerintahkan kita untuk membayar zakat, hati terasa berat?
Ketika Allah memerintahkan kita untuk berjihad, mengapa kita merasa malas?
Karena kita menganggap bahwa itu adalah suatu kewajiban
Mengapa kita membeda-bedakan, bukankah sama-sama perintah Allah? Atau karena kita hanya menuruti hawa nafsu kita?
"Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui." QS.Al Jatsiyah:18
"Apakah engkau tidak perhatikan orang yang telah menjadikan hawa nafsu sebagai tuhannya. Apakah engkau akan dapat menjadi pelindungnya. Atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memehami? Mereka itu hanyalah seperti binatang ternak bahkan lebih sesat lagi." Qs. Al Furqan: 43-44)
Andai kita bisa menjadikan ibadah menjadi suatu kebutuhan tentu semua akan terasa ringan. Akan hadir kerinduan untuk selalu melakukan kebaikan. Rindu untuk mengerjakannya shalat, puasa, zakat, dakwah, jihad dan yang lainnya dengan sepenuh cinta.
Sudahkan kita menjadikan ibadah menjadi kebutuhan, bukan hanya kewajiban?
Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu keras membersihkannya
Nanti ia mudah retak dan pecah
Ia ibarat kaca yang berdebu
Jangan terlalu lembut membersihkannya
Nanti ia mudah keruh dan ternoda
Ia bagai permata keindahan
Sentuhlah hatinya dengan kelembutan
Ia sehalus sutera di awan
Jagalah hatinya dengan kesabaran
Lemah-lembutlah kepadanya
Namun jangan terlalu memanjakannya
Tegurlah bila ia tersalah
Namun janganlah lukai hatinya
Bersabarlah bila menghadapinya
Terimalah ia dengan keikhlasan
Karena ia kaca yang berdebu
Semoga kau temukan dirinya
Bercahayakan iman